Free Palestine: Amanat Kemanusiaan dan Keberlanjutan Perjuangan

Rektor UIN SMH Banten
Tagline yang diusung kali ini adalah Terukur, Terstruktur, Tersekedul, Supaya Tidak Tersungkur. Sebuah seruan dan pedoman untuk memastikan perjuangan Palestina terus berjalan dengan arah yang jelas, tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi juga membawa dampak nyata di tengah berbagai tantangan.
Terukur: Menjaga Kesepakatan Gencatan Senjata
Gencatan senjata antara Palestina dan Zionis telah disambut dengan harapan oleh dunia. Namun, dalam pelaksanaannya, pihak Zionis kerap melanggar apa yang telah disepakati. Tindakan ini tidak hanya melukai proses perdamaian, tetapi juga mengancam kredibilitas institusi global seperti PBB yang bertugas menjaga stabilitas dunia.
Kesepakatan ini harus terukur dalam pelaksanaannya, memastikan kedua belah pihak mematuhi isi perjanjian. Pengawasan yang ketat dari negara-negara superpower, PBB, dan organisasi internasional seperti OKI sangatlah krusial. Selain itu, hubungan keagamaan juga menjadi dasar penting dalam perjuangan ini, mengingat Masjidil Aqsa sebagai simbol iman dan keberadaan Palestina sebagai tanah suci yang diberkahi Allah.
Terstruktur: Membangun Infrastruktur dan Masa Depan
Kerusakan akibat agresi militer Zionis telah meninggalkan luka mendalam bagi warga Palestina. Rumah-rumah hancur, rumah sakit dibom, dan fasilitas pendidikan lumpuh. Setelah gencatan senjata, upaya membangun kembali Palestina harus dilakukan secara terstruktur. Pemulihan infrastruktur, pengobatan korban perang, dan pendidikan anak-anak Palestina menjadi prioritas utama.
Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk masa depan Palestina. Inisiatif seperti mengundang pemuda Palestina untuk berkuliah di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten menunjukkan langkah konkret yang patut diapresiasi. Dengan membekali mereka ilmu, generasi muda Palestina dapat berkontribusi membangun tanah airnya kelak.
Tersekedul: Bertindak Cepat untuk Kemanusiaan
Waktu adalah hal yang tidak bisa ditunda. Bantuan kemanusiaan harus segera sampai ke Palestina. Ribuan anak-anak dan ibu-ibu yang terluka membutuhkan pengobatan. Proses ini membutuhkan kerjasama dari seluruh elemen, termasuk negara-negara OKI, ASEAN, NATO, hingga organisasi kemanusiaan dunia.
Tersekedul juga berarti memastikan pengungsi Palestina memiliki tempat tinggal sementara yang layak hingga rumah mereka dapat dibangun kembali. Namun, rencana seperti yang diusulkan Presiden Amerika Serikat sebelumnya, untuk memindahkan warga Gaza, harus ditolak. Langkah ini dapat menjadi dalih bagi Zionis untuk kembali mencaplok tanah Palestina.
Supaya Tidak Tersungkur: Komitmen untuk Keadilan
Kegagalan dunia internasional dalam menangani isu Palestina tidak hanya mencoreng keadilan, tetapi juga berpotensi menciptakan instabilitas yang lebih besar. Keamanan global, termasuk di Tanah Suci, dapat terancam jika masalah ini tidak diselesaikan. Pengalaman pandemi COVID-19 yang menunda pelaksanaan ibadah haji adalah peringatan betapa pentingnya stabilitas keamanan.
Maka, sudah saatnya dunia bersatu untuk menghentikan penjajahan di bumi Palestina. Amanat ini sejalan dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kita tidak boleh mundur atau kendur dalam perjuangan ini.
Kolaborasi untuk Masa Depan Palestina
Langkah ke depan memerlukan kolaborasi semua pihak. Dunia harus lebih dari sekadar menyuarakan HAM; tindakan nyata diperlukan. Negara-negara dengan hak veto di PBB, organisasi seperti OKI, dan bahkan masyarakat global harus mengambil peran aktif. Palestina adalah amanat kemanusiaan, sebuah perjuangan yang tidak hanya politik tetapi juga spiritual.
Semoga, dengan segala upaya yang terukur, terstruktur, dan tersekedul, kita dapat memastikan Palestina tidak akan tersungkur. Kebebasan dan perdamaian Palestina adalah harapan dunia, amanat dari Yang Maha Kuasa, dan tanggung jawab kita bersama.