Masjid sebagai Pusat Pembinaan Remaja: Menghidupkan Peran dan Fungsi Sosial
Banten – Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pembinaan generasi muda. Dalam era modern ini, masjid harus menjadi ruang bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang, baik secara spiritual maupun intelektual. Hal ini ditegaskan dalam Talkshow Ramadan 1446H yang digelar di Kampus 2 Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin (UIN SMH), Kota Serang, yang dihadiri oleh Cori Masjidil Haram, Syekh Abdurrahman Al Ausy, serta Wakil Gubernur Banten, Dimyati Natakusumah dan Rektor UIN SMH Banten
Dalam paparannya, Syekh Abdurrahman Al Ausy menekankan bahwa aktivitas utama masjid haruslah membaca dan menghafal Al-Quran. “Yang paling utama, masjid harus melakukan aktivitas membaca dan menghafal Al-Quran,” ujarnya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa yang lebih penting dari sekadar menghafal adalah memahami dan mengamalkan isi Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau hanya soal menghafal, kaset dan CD lebih hebat hafalannya daripada kita. Maka dari itu, yang terpenting adalah mengikuti isi, kandungan, dan ajaran-ajaran yang tertuang di dalam Al-Quran,” tambahnya.
Selain sebagai tempat ibadah dan pembelajaran Al-Quran, masjid juga harus menjadi pusat kegiatan sosial yang menarik bagi generasi muda. Wakil Gubernur Banten, Dimyati Natakusumah, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Banten berupaya untuk memakmurkan masjid dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan keagamaan dan sosial di masjid. Ia bahkan berencana untuk menerbitkan edaran yang mewajibkan aparatur pemerintah Provinsi Banten melaksanakan Salat Dzuhur berjamaah di masjid. “Kami sedang merancang bagaimana memakmurkan masjid. Salah satunya dengan menginisiasi edaran sholat berjamaah bagi aparatur pemerintah,” kata Dimyati.
Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, menambahkan bahwa keterlibatan remaja dalam pengelolaan masjid merupakan kunci utama agar mereka merasa memiliki dan dekat dengan tempat ibadah tersebut. Masjid perlu memberikan ruang bagi remaja untuk berperan dalam berbagai bidang seperti pemeliharaan, administrasi, dan pengelolaan kegiatan. “Jangan sampai remaja hanya menjadi penonton, tetapi harus diberdayakan dalam berbagai aspek,” ujarnya. Selain itu, modernisasi fasilitas masjid juga menjadi hal penting agar lebih relevan bagi generasi muda. Penyediaan akses internet seperti WiFi di area masjid serta pengembangan kegiatan sosial, intelektual, dan budaya dapat menjadikan masjid lebih menarik bagi mereka.
Dalam era digital, penyampaian dakwah harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Media sosial seperti TikTok, WhatsApp, Facebook, dan Instagram dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman kepada remaja. Selain itu, pemilihan imam yang memiliki suara fasih, kepribadian yang menarik, dan mampu berdialog dengan generasi muda menjadi faktor penting dalam menarik mereka ke masjid.
Peran keluarga dalam mendidik anak agar tetap dekat dengan masjid juga menjadi perhatian. Orang tua diharapkan tidak hanya mengajarkan anak untuk menghafal Al-Quran, tetapi juga memberikan teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Islam. “Jangan sampai orang tua hanya menjadi pelayan bagi anak-anaknya, tetapi harus mendorong mereka untuk aktif beribadah dan berkontribusi dalam kehidupan sosial,” tambah Prof. Wawan Wahyuddin. Pengawasan yang longgar dapat menyebabkan remaja mencari figur lain di luar rumah, yang berisiko membawa mereka pada pergaulan yang menyimpang. Oleh karena itu, orang tua harus aktif mengarahkan anak-anaknya dengan cara yang bijak dan penuh kasih sayang.
Masjid juga perlu mengadakan berbagai kegiatan menarik yang sesuai dengan usia remaja, seperti diskusi interaktif, dialog dari hati ke hati, study tour, serta ekspresi seni Islami. Selain itu, program yang memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengekspresikan diri, seperti menjadi muadzin, membaca sholawat, hingga menjadi imam sholat, juga harus terus dikembangkan agar mereka semakin merasa menjadi bagian dari masjid.
Di masa mendatang, masjid diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat ketenangan dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, masjid harus terus melakukan inovasi dalam fungsinya agar tetap relevan dan menjadi tempat yang menarik bagi semua kalangan, khususnya generasi muda.
Dalam kesempatan tersebut, Syekh Abdurrahman Al Ausy juga mendoakan para pemimpin Indonesia, termasuk Presiden dan Wakil Presiden, gubernur, serta jajaran pemerintahan, agar keberadaan mereka dapat memberikan manfaat besar bagi umat Islam dan masyarakat luas. Usai talkshow, acara dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti Pembangunan Klinik Sultan Maulana Hasanuddin Banten oleh Wakil Gubernur Banten serta prasasti Pembangunan Daycare UIN SMH oleh Syekh Abdurrahman Al Ausy.
Dengan berbagai inisiatif ini, diharapkan masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pembinaan karakter remaja yang mencintai ilmu, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.