Strategi Dakwah di Era Digital

Era digital telah melahirkan “mimbar baru” bagi dakwah Islam. Jika dulu dakwah terbatas pada masjid, majelis ilmu, atau forum tatap muka, kini pesan Islam dapat menjangkau jutaan orang lewat media sosial, podcast, dan video singkat yang viral dalam hitungan detik.
Namun peluang besar ini juga membawa tantangan: derasnya hoaks, ujaran kebencian, dan konten yang menjauhkan umat dari akhlak Qur’ani. Di sinilah relevansi pesan Allah ﷻ dalam Surah Al-Muddatsir kembali terasa kuat:
﴿وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ﴾
(سورة المدثر: ٣–٥)
“Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS. Al-Muddatsir: 3–5)
Tiga pesan singkat ini adalah strategi dakwah lintas zaman—baik di padang pasir Makkah 14 abad lalu, maupun di dunia digital hari ini.
1. ﴿وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ﴾ – Agungkanlah Allah
Inti dakwah adalah التوحيد, mengagungkan Allah ﷻ, bukan mencari popularitas. Di era medsos, “likes” dan “views” sering menjadi tujuan, padahal dakwah sejati adalah menanamkan rasa takzim kepada Allah dalam hati manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى»
(رواه البخاري ومسلم)
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
Contoh: Dai muda di TikTok mampu menyebarkan doa singkat dan akhlak Islami hanya dalam 1 menit. Walau sederhana, konten itu menggerakkan hati karena niatnya tulus.
2. ﴿وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ﴾ – Bersihkanlah Pakaianmu
Pakaian adalah simbol identitas. Dalam dunia digital, ia berarti menjaga الهويَّة الرَّقميَّة agar tetap bersih dan berwibawa. Seorang dai digital harus hati-hati: bahasa kasar, fitnah, atau konten murahan akan merusak kehormatan dakwah.
Allah ﷻ berfirman:
﴿قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
(سورة الأنعام: ١٦٢)
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
Contoh: Ada channel YouTube yang konsisten menyajikan kajian tanpa menyerang pihak lain, penuh kelembutan, dan tetap mendidik. Inilah wujud “pakaian yang bersih” dalam dakwah digital.
3. ﴿وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ﴾ – Jauhilah Segala Dosa
Media sosial bisa jadi ladang pahala, tapi juga jurang dosa. الرُّجز meliputi hoaks, fitnah, provokasi, dan konten maksiat. Dakwah akan kehilangan kekuatan bila bercampur dengan itu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ»
(رواه مسلم)
“Cukuplah seseorang dianggap berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar.”
Contoh: Kasus hoaks yang dikemas seolah dakwah sempat viral di Indonesia. Dampaknya memecah belah umat. Dari situ lahir gerakan verifikasi fakta (fact-checking) sebelum share, sebagai bentuk implementasi ayat ini.
Strategi Praktis Dakwah Digital
-
Perbarui niat: semua konten diniatkan lillāh.
-
Jaga integritas digital: postingan harus bersih, santun, dan inspiratif.
-
Terapkan التَّثَبُّت: verifikasi sebelum menyebarkan berita.
-
Kreatif dalam kemasan: gunakan video singkat, infografis, podcast.
-
Kolaborasi lintas profesi: ulama, akademisi, jurnalis, praktisi IT, influencer muslim.
-
Fastabiqul khairāt: jadikan medsos sebagai arena berlomba kebaikan, bukan saling menjatuhkan.
Amanah Besar
Dakwah digital adalah amanah besar. Bila dijalankan dengan prinsip:
-
﴿وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ﴾ – mengagungkan Allah,
-
﴿وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ﴾ – membersihkan identitas,
-
﴿وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ﴾ – menjauhi dosa,
maka media sosial akan menjadi منارات هدى (menara petunjuk), bukan sumber fitnah.