Prof Wawan Wahyuddin

Trilogi Kerukunan dan Lima Pilar Kehidupan: Fondasi Masyarakat yang Damai dan Beriman

Prof Wawan Wahyuddin
Rektor UIN SMH Banten

Iman bukan sekadar dogma yang diwariskan turun-temurun, melainkan cahaya yang menuntun seseorang dalam menemukan makna sejati kehidupan. Semakin seseorang mendalami dan menghayati ajaran agamanya, semakin tumbuh rasa damai dalam dirinya, terpanggil untuk berbuat baik, serta terdorong untuk menjalankan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh agama.

Namun, kehidupan tidak pernah berjalan dalam satu warna. Di tengah keberagaman keyakinan dan pandangan hidup, sering kali muncul gesekan. Padahal, jika direnungkan secara mendalam, agama hadir bukan untuk memecah, tetapi untuk menyatukan. Bukankah setiap ajaran agama mengandung pesan kasih sayang, kedamaian, dan penghormatan terhadap sesama? Maka, tidak semestinya ada pertikaian antar pemeluk agama. Perbedaan bukan alasan untuk berpecah, melainkan peluang untuk saling belajar, memahami, dan mempererat ikatan sebagai sesama ciptaan Tuhan.

Dalam kerangka ini, penting untuk menanamkan dan merawat lima jenis hubungan utama dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, yang kesemuanya saling terhubung dan saling menguatkan:

1. Hubungan dengan Tuhan (Hablun minallah)

Inilah fondasi utama dari semua hubungan. Iman dan ketakwaan kepada Tuhan menjadi pendorong utama bagi seseorang dalam bersikap dan bertindak. Hubungan spiritual yang kokoh menciptakan rasa tanggung jawab moral, ketulusan hati, dan komitmen untuk berbuat kebaikan. Doa, ibadah, dan refleksi diri menjadi jembatan yang menyuburkan jiwa dan mengarahkan manusia pada kebaikan universal.

2. Hubungan antar sesama manusia (Hablun minannas)

Manusia hidup dalam jejaring sosial yang saling bergantung. Menghormati, membantu, dan berlaku adil kepada sesama tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau status sosial merupakan inti dari ajaran agama. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Oleh karena itu, memperkuat solidaritas sosial, gotong royong, dan rasa empati adalah wujud nyata dari keimanan yang sejati.

3. Hubungan intern umat beragama

Dalam satu komunitas keagamaan, kerukunan sangat penting untuk menjaga kekuatan spiritual dan sosial. Saling mendukung dalam kebaikan, saling mengingatkan dengan kasih sayang, serta menghindari perpecahan karena perbedaan pandangan mazhab atau tafsir adalah bagian dari perjuangan membangun umat yang kokoh. Surah Al-Hujurat ayat 10 mengingatkan:

4. Hubungan antar umat beragama

Kerukunan antar agama adalah pilar penting dalam membangun perdamaian. Setiap agama mengajarkan nilai universal seperti cinta kasih, kejujuran, dan perdamaian. Surah Al-Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal, bukan saling menolak. Maka, hidup berdampingan dalam perbedaan adalah perintah ilahi, bukan sekadar pilihan sosial. Dengan saling menghormati dan membangun dialog yang terbuka, umat beragama dapat menciptakan harmoni yang berkelanjutan.

5. Hubungan dengan alam semesta

Manusia bukan satu-satunya makhluk di bumi ini. Alam adalah ciptaan Tuhan yang dipercayakan kepada manusia untuk dijaga dan dirawat, bukan dieksploitasi. Dalam Islam, manusia adalah khalifah di bumi—pemimpin yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan ekologi dan keberlangsungan kehidupan. Merusak alam sama halnya dengan mengkhianati amanah Tuhan. Oleh karena itu, mencintai lingkungan adalah bagian dari ibadah yang sering dilupakan.


Trilogi Kerukunan dan Implementasinya dalam Kehidupan
Dalam kerangka penguatan keharmonisan sosial, dikenal trilogi kerukunan yang menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara:

  1. Kerukunan intern umat beragama – Membangun solidaritas, kesatuan visi, dan rasa saling menguatkan di dalam komunitas seiman.
  2. Kerukunan antar umat beragama – Mewujudkan hubungan damai dan saling menghormati di antara pemeluk agama yang berbeda, tanpa mengedepankan klaim kebenaran tunggal.
  3. Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah – Menjalin kemitraan dalam pembangunan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan. Ajaran Khonghucu mengingatkan bahwa:
    “Seorang Junzi dapat rukun meski tidak dapat sama; seorang rendah budi dapat sama meski tidak dapat rukun.” (Lun Yu XIII:23)

Mewujudkan Iman dalam Tindakan
Kerukunan bukan sekadar konsep, melainkan sikap hidup yang harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Ketika seseorang benar-benar dekat dengan keyakinannya, ia akan memahami bahwa iman bukanlah alat untuk menilai orang lain, melainkan jalan untuk memperbaiki diri dan mencintai sesama.

Maka, mari kita dekati Tuhan dengan hati yang tulus, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga alam sebagai rumah bersama, dan menebarkan kebaikan tanpa harus memperdebatkan perbedaan. Karena pada akhirnya, agama bukan hanya ayat-ayat yang dibaca, tetapi kasih yang diwujudkan—yang mampu membawa kedamaian, bagi diri, sesama, dan dunia.

https://wawanwahyuddin.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*