Prof Wawan Wahyuddin

Membebaskan dari Akal Bulus Kolonialisme Modern

Prof.Dr.Wawan Wahyuddin, M.Pd., Rektor UIN SMH Banten

Sejarah Indonesia sebagai bangsa merdeka tidak terlepas dari perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Semangat anti-penjajahan ini menjadi salah satu nilai luhur yang terus hidup, sebagaimana ditunjukkan oleh sikap Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Namun, di tengah perjuangan ini, upaya mendukung Palestina seringkali dihadapkan pada akal bulus Israel dan negara-negara yang bersikap ambigu terhadap isu penjajahan modern.

Warisan Konferensi Asia-Afrika

Pada era kepemimpinan Soekarno, Indonesia menjadi garda depan dalam menyuarakan perlawanan terhadap kolonialisme melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. Konferensi ini mencetuskan prinsip anti-kolonialisme yang tertuang dalam Dasasila Bandung. Prinsip ini tidak hanya relevan pada saat itu tetapi juga menjadi dasar perjuangan global melawan penjajahan dalam berbagai bentuk.

Dalam konteks Palestina, semangat KAA mengharuskan dunia untuk berdiri teguh melawan penjajahan yang terus berlangsung. Namun, alih-alih mengikuti semangat tersebut, beberapa negara justru bersikap pragmatis dengan membuka jalur kerja sama ekonomi dengan Israel, seolah menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Akal Bulus Israel dan Tanggung Jawab Global

Israel, dengan strategi diplomatik dan ekonominya, sering kali menggunakan pendekatan “soft power” untuk membangun hubungan dengan negara-negara yang sebelumnya mendukung kemerdekaan Palestina. Kerja sama di bidang ekonomi, teknologi, dan keamanan dijadikan alat untuk membangun legitimasi di mata internasional, sekaligus mengalihkan perhatian dari isu penjajahan.

Sikap ini, yang sebenarnya merupakan bentuk pelepasan tanggung jawab moral, sangat bertentangan dengan semangat perjuangan kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Negara-negara yang tergoda dengan tawaran kerja sama ini seolah-olah lupa bahwa penjajahan di Palestina bukan sekadar masalah regional, tetapi isu global yang menyangkut keadilan dan hak asasi manusia.

Palestina: Kemerdekaan yang Harus Diprioritaskan

Kemerdekaan Palestina tidak bisa ditawar-tawar. Sebagaimana bangsa Indonesia dan banyak negara lainnya telah menikmati kebebasan dari penjajahan, Palestina berhak atas hal yang sama. Tanggung jawab ini tidak hanya ada di pundak negara-negara pendukung Palestina, tetapi juga di tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

PBB harus mengambil langkah tegas untuk memastikan bahwa hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri tidak terus-menerus dirampas. Salah satu langkah konkrit adalah dengan menempatkan isu Palestina sebagai prioritas utama dalam agenda global dan menekan Israel untuk mematuhi hukum internasional.

Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

Sebagai negara yang memiliki sejarah panjang dalam perjuangan melawan penjajahan, Indonesia harus menjadi motor penggerak dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  1. Menghidupkan kembali semangat KAA: Indonesia dapat menginisiasi konferensi serupa yang melibatkan negara-negara pendukung Palestina untuk memperkuat tekanan internasional terhadap Israel.
  2. Menggunakan diplomasi multilateral: Indonesia dapat mendorong ASEAN, OKI, dan forum internasional lainnya untuk mengambil langkah-langkah konkrit dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
  3. Menolak kerja sama pragmatis dengan Israel: Indonesia harus menunjukkan sikap tegas dengan menolak segala bentuk kerja sama yang dapat merugikan perjuangan Palestina.

Memerdekakan Palestina adalah ujian nyata bagi konsistensi dunia dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Indonesia, dengan warisan sejarahnya, memiliki tanggung jawab moral untuk memimpin perjuangan ini. Di tengah godaan kerja sama ekonomi dan diplomasi pragmatis, kita harus tetap teguh memegang prinsip bahwa kemerdekaan Palestina adalah prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar.

Saatnya dunia bersatu untuk menghentikan akal bulus Israel dan mengembalikan hak rakyat Palestina yang selama ini dirampas. Hanya dengan begitu, dunia dapat benar-benar mengatakan bahwa ia berdiri di sisi keadilan.

https://wawanwahyuddin.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*