Prof Wawan Wahyuddin

Perlukah Lembaga Pendidikan Meliburkan Siswa Saat Ramadan?

Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, waktu istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan meningkatkan keimanan. Dalam konteks pendidikan, muncul pertanyaan penting: apakah lembaga pendidikan perlu meliburkan siswa selama Ramadan? Namun, istilah “libur” di sini sebenarnya bukan sekadar berhenti dari kegiatan, melainkan sebuah peralihan tanggung jawab pendidikan dari sekolah kepada orang tua.

Mengapa Peralihan Kegiatan Dibutuhkan?

Ramadan menawarkan kesempatan besar untuk memperkuat peran orang tua dalam mendidik anak, terutama dalam hal agama. Selama bulan suci ini, tanggung jawab pendidikan agama yang biasanya dikelola sekolah dapat dialihkan ke keluarga. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga mempraktikkan langsung nilai-nilai agama di rumah, didampingi oleh orang tua mereka.

Kegiatan di rumah selama Ramadan, seperti mengikuti shalat berjamaah, mendengarkan ceramah, tadarus bersama, hingga menghafal Al-Qur’an, memungkinkan anak-anak menerapkan ilmu yang telah mereka pelajari di sekolah. Orang tua memiliki peran penting untuk membimbing, melatih, dan memastikan pendidikan agama yang diterima anak-anak selama ini benar-benar membekas.

Hemat Biaya dan Peningkatan Peran Orang Tua

Selain manfaat spiritual, mengalihkan kegiatan dari sekolah ke rumah selama Ramadan juga membantu mengurangi biaya operasional, baik bagi sekolah maupun orang tua. Dengan berkurangnya perjalanan ke sekolah, waktu dan ongkos transportasi dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif, seperti mendukung aktivitas ibadah keluarga.

Lebih dari itu, Ramadan menjadi kesempatan emas bagi orang tua untuk aktif melibatkan diri dalam pendidikan anak-anak. Melalui bimbingan langsung, orang tua dapat mengarahkan dan menguatkan pemahaman agama yang sebelumnya diperoleh di sekolah.

Buku Panduan Keimanan: Bekal untuk Ramadan dan 11 Bulan Berikutnya

Untuk mendukung peralihan ini, sekolah dapat memberikan buku panduan keimanan kepada siswa. Buku ini berisi panduan aktivitas selama Ramadan, seperti mencatat hasil ceramah, mengenali imam, muadzin, dan mubaligh di lingkungan sekitar, serta catatan amalan harian. Buku tersebut bukan hanya berfungsi selama Ramadan, tetapi juga menjadi pedoman berkelanjutan dalam kehidupan siswa di bulan-bulan berikutnya.

Dengan buku panduan ini, siswa dilatih untuk mandiri dan konsisten dalam meningkatkan keimanan. Mereka tidak hanya menjalankan ibadah sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai proses pembelajaran yang berkelanjutan hingga mereka dewasa.

Kesimpulan

Meliburkan siswa selama Ramadan bukan berarti menghentikan proses pendidikan, melainkan mengalihkannya ke ranah keluarga. Peran orang tua sebagai pendidik utama dalam kehidupan anak-anak menjadi sangat penting, terutama dalam membimbing praktik agama. Melalui pendekatan ini, Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk memperkuat keimanan, tetapi juga momen membangun keterlibatan keluarga yang lebih erat dalam pendidikan.

Dengan dukungan seperti buku panduan keimanan, siswa tidak hanya terarah selama Ramadan, tetapi juga memiliki bekal spiritual untuk 11 bulan ke depan. Pendidikan agama menjadi lebih menyeluruh, tidak terbatas di sekolah, melainkan menyatu dengan kehidupan sehari-hari mereka.

https://wawanwahyuddin.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*