TEGAK BANGSA KARENA AKHLAK, RUNTUH AKHLAK BANGSA BINASA
Oleh Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, M.Pd.
Tegaknya Bangsa Dimulai dari Akhlak
Bangsa yang besar tidak hanya ditopang oleh kekuatan ekonomi dan teknologi, tetapi terutama oleh akhlaknya. Sejarah telah membuktikan, kemajuan sebuah peradaban akan bertahan lama bila ditopang oleh nilai moral yang luhur. Sebaliknya, keruntuhan akhlak menjadi awal kehancuran bangsa, betapapun kuatnya ia secara militer dan finansial.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa perbaikan suatu bangsa berawal dari perbaikan akhlak individu dan masyarakat.
Bentuk Kemerosotan Akhlak Saat Ini
Realitas hari ini menunjukkan bahwa kemerosotan akhlak tampak begitu nyata. Korupsi merusak sendi perekonomian dan menjatuhkan martabat keluarga, bangsa, bahkan agama. Intoleransi mengganggu trilogi kerukunan, baik antarumat beragama, intern umat, maupun relasi umat dengan pemerintah.
Fenomena hoaks di ruang digital menjadi pemicu fitnah, padahal Allah menegaskan:
وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ
“Fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan.”
(QS. Al-Baqarah: 191)
Selain itu, budaya konsumtif juga kian menggerus nilai qonaah. Banyak orang terjebak pada gaya hidup berlebihan, bertolak belakang dengan ajaran agama yang menekankan halalan thayyiban. Lebih jauh, memudarnya rasa hormat kepada orang tua dan guru adalah salah satu tanda nyata krisis akhlak.
Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak memuliakan ulama.”
(HR. Ahmad dan al-Hakim, hasan)
Akhlak sebagai Fondasi Bangsa
Akhlak bukan sekadar atribut pribadi, melainkan fondasi bangsa. Kejujuran, tanggung jawab, dan empati menjaga stabilitas sosial serta memperkuat keadilan. Bangsa akan stabil bila penyakit moral seperti iri hati, dengki, hasud, mabuk, dan perzinaan dicegah. Tanpa akhlak, kemajuan hanya menjadi hiasan rapuh yang mudah runtuh diterpa krisis.
Rasulullah SAW menegaskan misi kerasulannya:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
Dampak Runtuhnya Akhlak
Keruntuhan akhlak terbukti menghancurkan sendi sosial, ekonomi, dan budaya. Konflik horizontal, degradasi lingkungan, serta ketidakadilan ekonomi hanyalah sebagian dari akibatnya. Lebih parah lagi, runtuhnya akhlak melahirkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan negara. Inilah tanda nyata bahwa akhlak bejat akan menyeret bangsa menuju kehancuran.
Penanggung Jawab Utama
Tanggung jawab pembinaan akhlak pertama ada pada keluarga. Pendidikan akhlak dimulai sejak pemilihan pasangan hidup, karena keluarga adalah madrasah pertama bagi anak. Sekolah hendaknya memberi nuansa pendidikan yang tidak hanya mengejar intelektualitas, tetapi juga karakter, misalnya dengan meneladani model pesantren.
Pemerintah memiliki tanggung jawab membuat regulasi yang berpihak kepada masyarakat, serta memberi teladan kepemimpinan yang jujur dan berintegritas. Media harus dimanfaatkan secara arif, bijak, dan edukatif, bukan sekadar penyebar sensasi. Sinergi keluarga, sekolah, pemerintah, dan media akan melahirkan generasi yang berakhlak mulia.
Langkah Konkret Kebangkitan Akhlak
Bangkitnya akhlak bangsa membutuhkan langkah nyata. Pertama, mengembalikan ajaran agama sebagai landasan hidup, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai uswah hasanah. Kedua, memperbanyak shalawat, menjaga lisan, dan memperkuat budaya ramah dalam pergaulan. Ketiga, memperkuat etika digital agar arus informasi global tidak merusak moral generasi muda.
Di saat yang sama, budaya lokal harus dipelihara sebagai benteng identitas bangsa di tengah gempuran globalisasi. Kearifan lokal yang sarat nilai luhur dapat menjadi filter bagi pengaruh negatif yang datang dari luar.
Panggilan Untuk Bertindak
Bangsa akan tegak bila akhlaknya tegak. Sebaliknya, bila akhlak runtuh, bangsa akan binasa. Allah SWT berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Oleh sebab itu, seluruh elemen bangsa—keluarga, sekolah, pemerintah, media, dan masyarakat—harus bersinergi menghidupkan kembali nilai-nilai moral. Inilah jalan agar Indonesia tetap berdiri kokoh, maju, dan bermartabat di tengah perubahan zaman.