Prof Wawan Wahyuddin

Mendekatkan Diri pada Keyakinan: Membentuk Kerukunan dalam Keberagaman

Prof. Wawan Wahyuddin
Rektor UIN SMH Banten

Dalam perjalanan hidup, keyakinan menjadi kompas yang menuntun hati dan langkah manusia. Iman bukan sekadar dogma yang diwariskan, tetapi cahaya yang menuntun seseorang menemukan makna sejati dalam kehidupan. Semakin seseorang memahami dan menghayati ajaran agamanya, semakin ia merasa damai, terpanggil untuk berbuat baik, dan menjalankan nilai-nilai luhur yang diajarkan.

Namun, di tengah perbedaan keyakinan, sering kali muncul gesekan. Padahal, agama hadir bukan untuk memecah, melainkan untuk menyatukan. Bukankah setiap ajaran agama mengajarkan kasih sayang, kedamaian, dan saling menghormati? Maka, tidak perlu ada pertikaian antar sesama pemeluk agama. Perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah, tetapi peluang untuk saling belajar, menghormati, dan memperkuat ikatan sebagai sesama manusia.

Di sinilah pentingnya trilogi kerukunan:

  1. Kerukunan intern umat beragama – Meningkatkan solidaritas dalam satu keyakinan, membangun komunitas yang harmonis, serta saling menguatkan dalam kebaikan. Dalil yang mendukung konsep ini terdapat dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat ayat 10:
  2. Kerukunan antar umat beragama – Menjalin hubungan yang penuh penghormatan dan kebersamaan antar pemeluk agama yang berbeda, tanpa merasa lebih unggul atau mencederai keyakinan satu sama lain. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman:
  3. Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah – Bersama-sama membangun bangsa yang damai, dengan menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan untuk kesejahteraan sosial dan pembangunan yang berkeadilan. Dalam kitab Lun Yu XIII:23 dari ajaran Khonghucu, Nabi bersabda:
    “Seorang Junzi dapat rukun meski tidak dapat sama; seorang rendah budi dapat sama meski tidak dapat rukun.” (Lun Yu XIII:23)

Kerukunan bukan sekadar konsep, melainkan sikap hidup yang perlu diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Ketika seseorang semakin dekat dengan keyakinannya, ia semakin memahami bahwa iman bukan tentang membuktikan siapa yang benar, tetapi tentang bagaimana menjalani hidup dengan kasih, peduli, dan penuh rasa hormat kepada semua manusia.

Maka, mari mendekatkan diri pada keyakinan dengan hati yang terbuka, menebarkan kebaikan tanpa harus memperdebatkan perbedaan. Karena pada akhirnya, agama bukanlah sekadar kata-kata dalam kitab, tetapi tindakan nyata yang menghadirkan kedamaian bagi dunia.

https://wawanwahyuddin.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*